Sabtu, 16 Januari 2016

pemikiran Jamaludin Al Afghani



Makalah
JALALUDIN AL AFGHANI
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pemikiran Moderen Dalam Islam
Dosen : Abdul Mutholib


images



Di susun oleh:
Ilawati (1113032100053)
Fadilah Yusuf (1113032100001)
M. Rahmat Ramadhan (1113032100036)

Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Universitas islam negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................II
            Latar Belakang Masalah.........................................................................................................II
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................III
            Biografi Sayyid Jamaluddin al-Afghani..............................................................................III
            Ide-Ide Politik.........................................................................................................................IV
Ide-Ide Pembaruan Jamaluddin al-Afghani.........................................................................V
            Pan-Islamisme........................................................................................................................VI
BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................................VIII
            Kesimpulan.........................................................................................................................VIII
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................IX

           




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Jika kita berbicara tentang pembaharuan dalam Islam, maka satu tokoh yang sedang kita bicarakan adalah Jamaluddin al-Afghani, beliau adalah tokoh yang pertama kali menggagas pembaharu islam terutama dalam ranah politik yang dikenal dengan istilah Pan-Islamisme (Persatuan dunia Islam).
            Lahirnyagagasan tentang pembaharuan Islam, tak lepas dari sejarah kolonialisme yang sedang marak terjadi  ketika pada masa itu, orang-orang Eropa berlayar kehampir seluruh penjuru dunia dan menjelajah hampir seluruhnya. Di beberapa negara, mereka mengambil kepemilikan dan mengganti sepenuhnya penduduk asli, sebagaimana yang terjadi di Amerika dan Australia.
            Al-Afghani adalah seorang petualang, negara-negara yang pernah ia kunjungi antara lain India, Afghanistan, Asia Kecil, Mesir, Prancis, Amerika Serikat, Inggris, Uzbekistan, Iran dan Turki.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Sayyid Jamaluddin al-Afghani
Jamaluddin dilahirkan pada 1838 M, ayahnya bernama Sayyid Syafdar, seorang penganut mazhab Hanafi. Konon Jamaluddin adalah keturunan Rasulullah. Silsilah keluarganya sampai kepada Nabi SAW melalui  Husein ibn Ali ibn Thalib, suami Fatimah putri beliau. Terdapat perbedaan tentang daerah kelahirannya, sebagian orang mengklaim bahwa ia adalah orang Iran. Namun, ia menyembunyikan ke-Syi’ah-annya (taqiyah) di tengah-tengah penguasa dan masyarakat Muslim yang mayoritas menganut Sunni. Sebagian lain menyatakan bahwa ia adalah orang Afganistan, sebagaimana yang tercantum di belakang namanya.
Menurut L. Stoddard, Jamaluddin dilahirkan di Asadabad dekat Hamazan Persia, namun ia berkebangsaan Afganistan, bukan Persia, seperti dinyatakan dalam namanya. Gelar “Sayyid menunjukkan bahwa ia adalah keturunan Rasulullah dan darahnya bercampur dengan darah Arab. Sementera orang Syi’ah mengklaim Jamaluddin berkebangsaan Iran (Persia). Muhammad Hasan I’timaduddin, salah seorang pengikut Syi’ah. Seperti yang dikatakan oleh Hamka, bahwa Jamaluddin al-Afgani adalah orang Iran. Beliau dilahirkan di Assadabad wilayah Iran. Hamka juga menolak tentang Jamaluddin berkebangsaan Afganistan.[1]
            Jamaluddin al-Din al-Afghani adalah seorang tokoh penting penggerak pembaruan dan kebangkitan Islam abad ke-19. Ia disenangi sekaligus dimusuhi oleh dunia Islam sendiri. Ia disenangi karena aktivitas dan gagasan politiknya menjadi inspirasi bagi upaya pembebasan umat Islam dari penjajahan bangsa-bangsa barat. Sebaliknya, ia dimusuhi karena menjadi batu sandungan bagi penguasa-penguasa dunia Islam yang otoriter, korup dan despotis ketika itu. Jamaluddin al-Afghani dianggap membahayakan kekuasaan mereka.
            Kehidupan Jamaluddin al-Afghani sejalan dengan hidup pemikirannya. Teori dan praktik, keduanya berjalan menjadi satu dalam usahanya. Lapangan usaha Jamaluddin al-Afghani dalam dunia Islam modern, serupa dengan usaha Socrates dalam Hellenis, di zaman purbakala. Fikiran Jamaluddin al-Afghani disulam dengan keadaan hidupnya, yang merupakan tiga jenis kedaaan:
-          Kelezatan Ruhani
-          Perasaan Pembelaan
Agama dan moral tinggi yang kesemuanya ini, telah mempengaruhi dalam fikirannya dan membayang dalam bukunya ar-Rad ala al-Dahryin, penolakan atas kaum materalis.[2]
B.  Ide-Ide Politik
Dari pengalamannya melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam, Jamaluddin melihat kenyataan bahwa dunia Islam ketika itu didomonasi oleh pemerintahan otoraksi dan absolut. Penguasa di dunia Islam menjalankan kekuasaannya sebagaimana yang ia kehendaki tanpa melihat konstitusi. Mereka juga tidak melakukan musyawarah dalam pemerintahan. Oleh karena itu, harus ada perubahan orientasi pemikiran dalam masyarakat, dari keterpakuan serta sikap, menerima apa saja terhadap pemerintahan yang ada menuju upaya perubahan terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
            Lembaga perwakilan rakyat bersifat netral dan bisa menentukan bentuk pemerintahan. Lembaga perwakilan tersebut sangat bergantung pada orang-orang di dalamnya, oleh sebab itu pemikiran dan jiwa masyarakat harus terlebih dahulu dibenahi barulah bisa dibicarakan bagaimana bentuk dan sistem pemerintahannya. Usaha yang ingin dibentuk oleh Jamaluddin untuk menekankan revolusi yang didasarkan pada kekuatan rakyat. Dalam pandangan yang revolusioner ini, Jamaluddin selalu memprovokasi umat Islam, dinegara manapun yang ia kunjungi, agar menentang kesewenang-wenangan penguasa asing. Rakyat harus merebut kekuasaan dan kemerdekaannya melalui revolusi.
Corak pemerintahan otoraksi harus diubah dengan pemerintahan demokrasi, kepala negara harus mengedakan musyawarah dengan pemimpin yang banyak mempunyai pengalaman. Islam dalam pendapat Jamaluddin, menghendaki pemerintahan republik yang didalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan pendapat dan kewajiban kepala negara untuk taat kedalam undang-undang. Di atas segala-galanya persatuan umat Islam mesti diwujudkan kembali dengan bersatu dan mengadakan kerja sama, maka umat Islam akan mendapatkan kembali kemajuannya. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat penting dalam Islam.Semasa hidupnya Jamaluddin memang berusaha mewujudkan persatuan itu yang terkadung dalam ide Pan-Islamisme ialah persatuan seluruh umat Islam.[3]
C.    Ide-Ide Pembaruan Jamaluddin al-Afghani
Kemunduran umat Islam bukanlah disebabkan karena Islam sebagai agama, akan tetapi disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:
a.       Umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya telah dipengaruhi oleh sifat statis, kuat pada taklid, bersikap pasrah fatalistis, telah meninggalkan akhlak yang mulia dan acuh terhadap ilmu pengetahuan.
b.      Kelemahan dalam segala sektor dan kurang usaha dalam mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar-dasar agama maupun dalam upaya transformasi ilmu pengetahuan diantara mereka.
c.       Pengaruh paham Jabariyah dan salah interpretasi tentang makna qadha dan qadar, sehingga memalingkan mereka dari usaha dan kerja keras.
d.      Salah pengertian dalam maksud hadis yang mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami kemuduran akhir zaman, kesalahan ini membuat umat Islam tidak berusaha memperbaiki nasib mereka.
e.       Lemahnya ukhuwah atau persaudaraan Islam, yang tidak hanya melanda masyarakat awam, tapi juga menimpa para ulama. Ulama Turki tidak mengenal lagi ulama Hijaz, dan ulama India tidak ada hubungan dengan ulama Afghanistan, begitulah seterusnya.
Ide pembaharuan Jamaluddin juga menyatakan tentang persamaan antara pria dan wanita, laki-laki dan wanita sama kedudukannya keduanya mempuanyai akal untuk berpikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja diluar rumah, dengan demikian Jamaluddin menginginkan agar wanita juga meraih kemajuan dan bekerjasama dengan pria untuk mewujudkan umat Islam yang maju dan dinamis.

D.    Pan-Islamisme
Dalam kehidupannya, Jamaluddin menghadapi dua masalah sekaligus yaitu penguasa-penguasa muslim yang korup yang hanya menjadi boneka dari Imperialisme dan penjajah Barat. Ketika itu hampir tidak ada wilayah Islam yang tidak dikuasai oleh Barat, Inggris menguasai Mesir, demikian juga India setelah kehancuran dinasti Mughal. Inggris juga menjajah Afghanistan. Di Afrika, Prancis menjajah Alzajair dan wilayah lainnya. Sementara Asia Tenggara pun dikuasai oleh Inggris dan Belanda. Penguasa-penguasa muslim, karena takut kedudukannya hilang, mereka menjalin kerja sama dengan Imperialisme barat. Sistem khalifah yang mengikat umat islam  secara perlahan mengalami kemerosotan dan berganti dengan ideologi nasionalis yang diambil dari Barat.
Melihat keadaan yang demikian, Jamaluddin menekannkan perlunya dunia Islam bersatu melawan kekuatan asing dalam wadah Pan-Islamisme. Jamaluddin menilai bahwa sumber kelemahan dunia Islam adalah lemahnya solidaritas umat Islam itu sendiri. Barat tidak akan kuat melawan perlawanan dari umat Islam kalau Umat Islam itu sendiri mau menyatukan kekuatan untuk menumpas kekuasaan Barat.
Persatuan dan kesatuan umat Islam sudah lemah sekali, antara satu pemimpin dengan pemimpin lain kadang terjadi permasalahan yang akan saling menjatuhkan satu sama lain. Karena itu umat Islam harus bersatu dalam Pan-Islamisme.Jamaluddin tidak sepakat dengan pandangan bahwa umat Islam harus melakukan kerja sama dengan penjajah.
     Untuk mencapai cita-cita ini, Jamaluddin membuat langkah-langkah seperti kembali pada pemahaman keislaman yang benar dan menghilangkan taklid, bid’ah, khurafat, menyucikan hati dengan mengembangkan ahlak yang luhur serta mengembangkan musyawarah dengan berbagai kelompok dalam masyarakat.

Jamaluddin sangat tidak sepakat dengan pandangan bahwa umat Islam harus melakukan kerja sama dengan penjajah, sebagaimana di gagas Ahmad Khan dari India. Tokoh ini adalah seorang propagandis peradaban barat (Inggris) dan melarang umat Islam melawan Inggris. Ahmad Khan mengembangkan pandangan bahwa al-Qur’an adalah satu-satunya bagian yang penting dalam Islam dan syariah bukanlah hal yang pokok dari agama, dan aturan moral serta hukum harus didasarkan pada alam. Pandangan ini dinamakan dengan Naisyariyah (berasal dari nature, yang berarti alam). Terhadap ajaran ini, Jamaluddin melakukan kritik pedasnya dengan menyatakan bahwa penyebaran doktrin ini merupakan skenario Inggris untuk memperlemah iman dan memecah kesatuan umat Islam. Jamaluddin menulis buku al-Radd’ala al-Dahriyyin (penolakan terhadap kaum Naturalis).



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari gagasan dan aktifitas politik Jamaluddin, sangat tepat kiranya kalau dikatakan bahwa Jamaluddin adalah orang yang pertama dalam era modern Islam yang menyadari bahaya penetrasi barat dan perpecahan dunia Islam. Jamaluddin tidak hanya bicara teoritis, tetapi juga berusaha mencari solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Gerakan dan gagasan-gagasannya memberi ilham bagi negara-negara Islam untuk bangkit dari keterpurukan mereka karena penjajahan barat dan merebut kembali kemerdekaan mereka.
Jamaluddin juga mencetuskan ide politik yang dimana semua lapisan masyarakat bia turut andil dalam menyuarakan suaranya, pendapatnya, gagasannya. Jamaluddin menginginkan terjalinnya solidaritas antara Umat Islam diseluruh dunia yang menjadi penjajah bangsa asing, dan mengusir penajajh itu dari tanah air.         
Jamaluddin juga mencetuskan bahwa dengan bersatunya umat Islam dalam wadah yang disebut dengan Pan-Islamisme tersebut umat Islam tidak kalah kuat dnega asing, bahkan bisa mengusir para penajajah.
DaftarPustaka
Hoesin, Omar Amin Hoesin. Filsafat Islam. Jakarta. Bulan Bintang. 1975. ce-3.
Iqbal, Muhammad,dkk. Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta. Kencanaprenada Media group. 2010.
Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). Jakarta. PT Bulan Bintang. Cet. pertama. 1975.           



[1]Muhammad Iqbal dkk, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. (Jakarta: Kencanaprenada Media group, 2010). h. 57
[2]Omar Amin Hoesin, Filsafat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1975, ce-3) h. 161
[3]Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Sejarah Pemikiran dan Gerakan). (Jakarta: PT Bulan Bintang), cet, pertama. 1975. h. 48.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar