Senin, 12 Desember 2016

Pengertian dasar buddha dharma



Makalah
Pengertian dasar buddha dharma
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Buddhaisme
Dosen : Syaiful Azmi, M.A.





Di susun oleh:
M. Rahmat. Ramadhan (1113032100036)


Jurusan perbandingan agama
Fakultas ushuluddin
Universitas islam negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
2015




DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................II
            Latar Belakang .........................................................................................................II
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................III
            Pengertian Dasar Buddha Darma .............................................................................III
            Tri Ratna..................................................................................................................III
            Buddha....................................................................................................................IV
            Dharma....................................................................................................................V
            Sangha ....................................................................................................................VI
BAB III PENUTUP ............................................................................................................XI
            Kesimpulan..............................................................................................................XI
            Daftar Pustaka.........................................................................................................XII


















`BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar beakang Masalah
Pada dasarnya untuk mempelajari suatu agama tentunya dasar yang harus diutamakan ialah mengetahui sejarahnya dan siapa pembawanya. Selain mempelajarai sejarah dan pembawanya kita juga harus mengetahui akan ajaran ajaran agama tersebut, yang merupakan inti dari agama tersebut.
Dalam membahas ajaran ajaran agama atau doktrin yang terdapat dalam suatu agama yang akan kita teliti. Kita harus memiliki sikap yang Objektif karena ketika kita memiliki sifat yang Subyektif itu tidak akan membuahkan hasil yang kita inginkan atau makna apa yang kita pelajarai dari suatu ajaran agama tersebut.
Agama Budha merupakan agama yang dibawa oleh Shidarta sekitar abad ke 6 SM atau tahun 563 SM. Agama ini muncul merupakan reaksi dari ajaran agama hindu yang dimana mereka tidak setuju akan konsep kaum Brahmana. Dalam kosep ini mereka yang bukan dari kaum Brahmana tidak bisa memilki atau merasakan sebuah Pencerahan.
Dalam pembahasan kali ini penulis tidak membicarakan akan timbulnya agama Budha atau perkembangan agama tersebut akan tetapi pemakalah akan membahas akan ajaran ajran atau doktrin doktrinya. Agama Budha pun memilki Credo / Syahadatnya yang dimana mereka menyebutnya dengan “Tri Ratna” isi nya itu “ Aku Berlindung kepada Budha, Aku Berlindung kepada Dharma, Aku Berlindung kepada Sangha” dibaca tiga kali. 









BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Dasar Budha Dharma
Agama Budha merupakan agama yang tertua setelah Agama Hindu. Shidarta merupakan pendiri dari agama ini yang dimana agama ini muncul karena reaksi dari konsep akan kaum Brahmana. Dalam agama Budha ini pun ajaran ajarannya atau doktrinnya atau bisa disebut dengan Dasar Budha Dharma. Ada pun ajaran ajaran atau Dasar Budha Dharma yaitu
a.       Tri Ratna (Tiga Mustika)
Di setiap agama memiliki sebuah pernyataan akan keyakinannya terhadap agamanya atau pengikraran terhadap keyakinannya bisa di sebut dengan Credo begitu juga dalam agama BudhaDalam ajaran ajaran mereka didalannya terdapat Credo / Syahadat dalam agamanya yang dimana mereka menyebutnya dengan “Tri Ratna” dalam bahasa sangsekerta apabila dalam bahasa indonesia disebut dengan“Tiga Mustika” selain itu juga diucapkannya tiga kali[1] .
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Sanghang Saranang Gacchami

Dalam bahasa indonesia
             Aku Berlindung kepada Buddha
             Aku Berlindung kep]ada Dharma
             Aku Berlindung kepada Sangha
             kedua kalinya Aku Berlindung kepada Buddha
                   kedua kalinya Aku Berlindung kepada Dharma
                   kedua kalinya Aku Berlindung kepada Sangha
                   ketiga kalinya Aku Berlindung kepada Buddha
                   ketiga kalinya Aku Berlindung kepada Dharma
                   ketiga kalinya Aku Berlindung kepada Sangha

b.      Budha
Dalam pengucapan Triratna terdapat kata Buddha yang dimana arti dari Budha ialah menjadi sadar atau sadar sepenuhnya maksudnya itu : kebijaksanaan, dikenal, diketahui, mengamati, mengetahui.
Bahwasanya Buddha ialah orang yang telah mendapatkan penerangan atau pencerahan yang sempurna akan kebenaran Kosmos. Selain itu juga orang yang telah mencapai penerangan leluhur, cakap dan bijaksana dan memperoleh kebiksanaan akan pengetahuan Nirvana serta menyebarkan doktrin tentang kebebasan dan keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirwana.
Selain itu juga dapat diartikan sebagai Sang Buddha Guatama sebagai guru, dan dapat diartikan sebagai sifat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam pengertian ini juga bisa dikatakan sebagai seorang guru suci yang telah memberikan pelajaraan-Nya.kepada umat manusia akan pencapaian kebebasan mutlak.[2]
Dalam buku Rampaian Dharma bahwa Budha itu ada tiga jenis yaitu :
-          Sammsa – Budha : ia adalah seseorang yang dapat pencerahan yang sempurna atau tinggkatan kebuddhaan dengan kekuatannya sendiri tanpa bantuan makhluk lain, selain itu juga ia mempu memberi pelajaran kepada umat manusia dan para dewa.
-          Pacceka – Buddha : ia adalah seseorang yang dapat pencerahan yang sempurna atau tingkatan kebuddhaan dengan kekuatnnya sendiri akan tetapi ia tidak sanggup untuk memberi pelajaran kepada umat manusia dan para dewa.
-          Anu – Buddha atau Savaka – Buddha : seseorang yang yang mendapat pencerahan yang sempurna atau tingkatan ke-Buddhaan setelah melaksanakan ajaran Sammsa – Buddha.[3]

c.       Dharma.
Dharma adalah kebenaran semesta dari segala sesuatu yang berbentuk dan sesuatu yang tidak berbentuk yang dimana ia memiliki sifat yang abadi tidak dapat di ubah-ubah.[4] Pada dasarnya Dharma itu tidak di dalam hati sanubari manusia dan pikiran akan tetapi meliputi seluruh alam semesta. Misalkan saja ketika musim berubah, Hujan turun, tanaman tumbuh tidak lain disebabkan oleh Dharma.
Darma terbagi menjadi tiga yaitu :
Ø  Pariyati – Dharma : Belajar Dharma – Vinaya secara tekun.
Ø  Patipatti Dharma : Melaksanakan Dharma – Vinaya dalam kehidupan sehari – hari secara baik.
Ø  Pativedha – Dharma : penebusa, yaitu menganalisa kejadian hidup ini dengan melaksanakan Vipassa – Bhawana sehingga mencapai Nibanna
Selain itu juga dapat dikatakan sebagai sebuah ajaran Sang Buddha yang merupakan skebenaran mutlak. Ini juga hukum kebenaran yang berhubungan dengan ajaran ajaran Agama Budha sebagai agama yang sempurna[5].
Ø  Doktrin
Ø  Hak, Keadilan, Kebenaran
Ø  Kondisi
Ø  Barang yangkelihatan atau phenomena.

Budha Dharma ialah suatu ajaran yang menerangkan hakekat kehidupan berdasarkan penerangan yang dapat membebaskan manusia dari segala kesengsaraan, sesesatan atau kegelapan batin yang berdasarkan ketidakpuasan dalam diri kita. Budha Dharma meliputu unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, metafisika, etika, dan sebagainya.

d.      Sangha  
Ini sering dikaitkan sebagai pengawal Dharma dan pelindung Dharma yang dimana sangha ini merupakan kumpulan orang orang suci yang telah mencapai ketinggian kesucian. Selain itu juga bisa dikatakan dengan sebuah kumpualan para Bikhsu (laki-laki) Bhiksuni (perempuan) ialah seorang yang kehidupannya sudah tidak lagi memikirkan akan kehidupan duniawi akan tetapi ia menjalankan atau melaksanankan tugas suci, serta menyebarkan ajran ajaran Sang Buddha.
Menurut sejarah ketika Sang Buddha mendapatkan pencerahan maka Sangha itu terbentuklah Sangha yang dimana anggotanya itu terdiri dari lima orang yang merupakan muridnya Sang Buddha. Adapun kelima muridnya itu ialah Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama dan Asaji.
Pada dasarnya dalam komunitas Buddha ada dua kelompok yaitu kelompok Sangha dan kelompok Awam. Adapun kelompok Sangha tersebut terdiri dari Bikkhu dan Bikkhuni, Samanera dan Samaneri. Sedangkan kelompok yang awam itu terdiri dari Upasaka[6] dan Upasaki yang dimana mereka telah menyatakan diri berlindung kepada Buddha, Dharma dan Sangha dan mereka melakukan kegiatan seperti orang biasa[7].
Dalam perkumpulan para Bikkhu ini ada dua jenis yaitu
Ø  Samuti Sangha = Merupakan persaudaraan para bikhsu dan bikhsuni biasa atau mereka belum menuju tingkat kesucian.
Ø  Arya Sangha = Ini merupakan dari kalangan Bodhisattva yang telah mencapai penerangan atau jalan penerangan yang tertinggi.
Sesungghunya Sangha adalah orang orang yang telah melewati tingkatan kesucian yang menjadi buah dari kehidupan beragama. Ada pun tingkatan itu ialah :
Ø  Sotapati ini merupakan tingkatan pertama orang suci, yang dimana ia harus masih menjelma tujuh kali sebelum menuju Nirvana. Selain itu juga tingkatan ini seseorang harus bisa menghilangkan atau melepaskan tiga belenggu.
·         Sakkayadithi (Kemayaan Akunya)
·         Vicikiccaha (keragu-raguan)
·         Silebabatarfamasa (ketahayulan)
Ø  Sakadagami dalam tingkatan yang kedua dalam mencapai kesucian, setelah seseorang membasmi atau mematahkan tiga belenggu maka ia naik kepada tingkatan yang kedua. Nah pada tingkatan ini di tambah lagi dua belenggu yaitu Kamaraga (kecintaan indrawi) dan patinggha (kemarahan atau kebencian)
Ø  Anagami ialah sebuah tingkatan yang ketiga dalam pencapaian kesucian.dalam tingkatan ini seseorang sudah mematahkan tiga belenggu pada tingkatan Sotapana dan dua belenggu pada tingkatan Sakagadami. Maka dalam tingkatan ini seseorang tidak harus menjelma lagi untuk mencatat atau menuju Nirvana. Setelah timgkatan ini atau setelah ia  berhasil mematahkan segala  belenggu tersebut maka ia naik pada tingkatan Arahat. Pada tingkatan ini juga menurut keyakinan agama Budha ketika ia melihat, mendengar, berbicra, mencium, makan, minum dan sebagainya. dalam dirinya tidak akan ada rasa senang atau benci karena di dalam hatinya telah diliputi oleh kedamaian . Bisa dikatakan juga seseorang dapat mengetahui kebenarannya dari segala sesutu yang ada disekitarnya, bahkan ia juga dapat melihat makhluk yang kasat mata.
Ø  Arahat ini merupakan tingkatan yang ke empat dalam pencpaian kesucian, yang pada tingkatan ini mereka adalah yang telah mematahkan lima belenggu pada tingkatan Anagami yaitu :
·         Ruparagp (keinginan untuk hidup dalam bentuk)
·         Aruparaga (keinginan untuk hidup tanpa bentuk)
·         Mana (Kecongkakan)
·         Uddhaca (keguncangan batin)
·         Avijja (kekurangan kebijaksanaan)
Seorang yang telah mencapai tinkatan ini yang telah melenyapkan hawa nafsunya itu juga terbebas dari keinginan,,kematian,dan kelahiran. Maka dalam tinkatan ini seseorang itu disebut seorang yang Keramat yang dimana ia telah bersatu dengan Sang Adhi Budha[8].
Selain itu juga ada tahapan untuk menjadi seorang Bikkhu. Yang dimana pada dasarnya dalam kehidupan umat budha sesungguhnya di kelilingi oleh golongan Sangha atau kumpulan Para Bikhhu. Seseorang yang   akan menjadi coln Bikhhu ia harus menjalani hidup sebagai seorang calon Bikkhu dengan Samanera dengan mengucapkan Dasa sila. Yang dimana bikkhu yang pertama kalinya akan di kasih Jubah Kuning  Hidup menjadi seseorang bikkhu hasus hidup kemiskinan, membujang, dan Ahnimsa.
Dalam hidup menjadi seorang Bikkhu harus miskin. Karena ia hanya diperkenankan untuk memakai jubahnya saja tidak boleh yang lainnya. Maka dalam kesehariannya ia hanya membawa alat alat pengemenis yaitu tempurung kelapa, pisau dan jubah. Para bikkhu ini dalam menyambung hidupnya dengan cara mengemis. Dengan cara inilah agar mencontohkan kepada kaum awam agar mereka belajar bersedekah. Selain ituj uga kehidupan para Bikhu tidak boleh berlebihan.
Yang kedua itu diharuskan untuk membujang. Ia dilarang untuk berhubungan sexs karena dianggap sebagai dosa yang sangat besar bahkan kalau bisa jangan sampai melihat wanita sedikitpun[9].
Yang terakhir seorang Bikkhu harus hidup dengan ahimsa (tanpa kekerasan), artinya ia dilarang membunuh dan melukai makhluk lainnya. Empat dosa yang harus dijauhi para bikkhu adalah: hidup mesum, mencuri, membunuh makhluk yang lain, dan meninggikan diri karena kecakapannya membuat mu’jizat



























BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dalam agama Budha terdapat sebuah pengucapan akan keyakinannya mererka terhadap Sang Hyang Adhi Budha yang mereka sering menyebutnya dengan Tri Ratna dalam bahasa sangsekerta, sedangkan dalam bahasa Indonesia Tiga Mustika.
Dalam pengucapan Tri Ratne terdapat tiga kata kunci yang harus kita ucapkan yaitu Budha, Dharma, Sangha. Adapaun pengerian budha itu sendiri berpacu kepada Sang Budha merupakan seseorang yang mendapatkan akan pencerahannya sendiri. Sedangkan pengerian Dharma itu sendiri berpacu ke pada Ajaran yang dibawakan Sang Buddha. Sedangkan Sangha ialah sebuah perkumpulan Para Bikkhu atau orang orang yang suci dan siap untuk mengajarkan apa yang disampaikan oleh Budha.
 












Daftar Pustaka


T Suwarto. Buha Dharma Mahayana, Jakarta, Majelis Agama Budha Mahayana Indonesia 1995.
Ali,Mukti, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS,1988).
Panjika, Rampaian Dharma, DPP Persaudaraan Vihara Theravada Umat Budha Indonesia (PERVITUBI) Jakarta cetakan Ke 2. 2004.
Stokest Gillian, Seri Siapa Dia ? Budha, Jakarta, Erlangga, 2001.
Id/wikipedia.org/wiki/upasaka



[1] Budha Dharma Mahayana h 49.
[2] Rampaian Dharma h 11
[3] Rampaian Dharma h 17
[4] Rampaian dharma h 01
[5] Budha Dharma Mahayana h 50
[6] Upasaka ialah panggilan untuk umat budha laki-laki dalam bahasa Pali atau seseorang yang akrab dan mengenal Triratna. Sedangkan Upasaki panggilan untuk perempuan.(id.wikipedia.org/wiki/upasaka).  
[7] Sri siapa dia? Budha h 45.
[8] Rampaian Dharma h 20.
[9] Ali,Mukti, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN SUNAN KALIJAGA PRESS,1988) h 45

Tidak ada komentar:

Posting Komentar